Senin, 18 Oktober 2010

tentang sebuah janji



"aku janji, gak akan pernah ninggalin kamu..."

"aku janji, akan selalu ada buat kamu..."

"aku janji, ga akan pernah nyakitin kamu..."

"aku janji, kamu akan jadi yang terakhir buat aku..."

"aku janji, aku akan terus nyayangin kamu..."



Hufft. Berapa kali sih kita ngucapin kata-kata itu buat orang yang kita sayangi? Atau udah berapa kali sih orang yang kita sayangi ngucapin kata-kata itu buat kita?? Udah berapa orang??

Indaah banget rasanya ketika orang yang kita sayangi ngucapin janji-janjinya itu buat kita. Meyakinkan, membuat kita percaya. Membuat kita berharap, dialah orang yang akan menjadi yang terakhir dalam rotasi hidup kita. Saat mendengar kata-kata itu, saya yakin, bukan hanya saya yang akan melambung tinggi, tersanjung oleh keindahan kata-kata. Kadang menjadi haru yang makin menumbuhkan cinta, atau menetes lewat air mata bahagia.

Mungkin pada waktu kita (atau seseorang mengucapkannya pada kita), kita memang benar-benar yakin (pada saat itu) bahwa dia akan menjadi yang terakhir bagi kita. Bahwa kita akan terus menyayangi dia. Bahwa tidak akan ada lagi orang yang menggantikan posisinya di hati kita.

Namun pada kenyataannya, harapan yang kita buat tak selalu jadi nyata. Gak semua yang kita inginkan bisa sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Mungkin ada saatnya, dia tiba-tiba harus pergi karena alasan yang sama sekali tidak bisa kita terima. Mungkin pula ada saatnya keadaan yang memaksakan kita untuk berpisah dengannya. Mungkin hati kita atau hatinya telah berubah, karna hati bisa berubah, kan? Seribu satu alasan lain mungkin bisa muncul, hingga ke alasan yang paling tak masuk akal sekalipun.

Dan pada akhirnya, semua janjijanji, semua harapharap, semua asaasa, hanya jadi katakata kosong yang gak akan pernah terwujud. Pada akhirnya, kita hanya akan melanggar janjijanji yang kita buat sendiri. Pada akhirnya kita hanya bisa menjadi orang munafik yang sama sekali tidak bisa menepati janji.

Jadi kalau begitu, untuk apa kita mengucap janji??
Untuk apa membuat janjijanji yang pada akhirnya tidak bisa kita tepati?
Kupikir, lebih baik kalau kita sama sekali tidak usah membuat janji, kalau memang kita tak bisa menepatinya.

Ketika suatu hubungan berakhir, lalu kita atau dia menemukan hubungan yang baru, mungkin kita atau dia akan mengucapkan janjijanji yang baru, atau janjijanji yang sama seperti yang pernah kita ucapkan pada orang yang kita sayangi. Lalu ketika semuanya berakhir lagi, kita akan kembali menjadi orang yang munafik, yang sama sekali tidak bisa menepati janji.

Sampai kapan sih roda seperti itu akan terus berputar?
Sampai kapan kita akan terus menerus mengucap janji yang gak bisa kita tepati sendiri??
Kenapa dia gak bisa nepatin janjijanji yang pernah dia buat sendiri??
Kenapa sekarang dia buat janjijanji baru pada orang lain, seperti yang pernah dia bilang ke kita??

Jadi,
Apa sih sebenarnya makna dari janjijanji yang pernah kita buat??
Apa sih sebenarnya makna dari janjijanji yang pernah dia buat??

Jawabannya ada pada masing-masing dari diri saya, kamu, dia, atau mereka yang pernah membuat janjijanji.
Entahlah, mungkin hanya untuk sekedar menyenangkan hati, untuk menenangkan hati, atau memang diucap dengan kesungguhan hati, dengan ketulusan hati. Entahlah juga, apa mungkin bagi sebagian orang janjijanji itu sudah tidak memiliki makna lagi, karna terlalu seringnya ia mengucap janji untuk kemudian ia langgar kembali.
Entahlah.

***

"janji yaa, kita bakal terus seperti ini..."

"yeah, I'm promise... just believe in me, dear.
percaya sama aku, ya. :)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar