Minggu, 14 Juli 2013

Menyenandungkan Rindu

FIKSI


Apa kabar?

Hufft. Kedua kata itu kembali menari-nari di kepalaku.
Mengapa sebaris kalimat itu bisa mempengaruhiku sampai
seperti ini? Aku menarik nafas panjang, mencoba
menenangkan debaran hati yang tak bisa tenang tiap kali
kata-kata itu terngiang di telingaku. Kupegangi kedua sisi
cangkir cappucinoku, mencoba mengalirkan kehangatan pada
tubuhku yang entah mengapa tiba-tiba menggigil
kedinginan. Aku menghisap cappucinoku dalam-dalam, lalu
cairan hangat mulai mengalir melintasi tenggorokanku
menuju dada. Ahh, hangat.

Di luar masih hujan. Tetesan air hujan memerciki jendela
tempat aku memandang lurus menembus hujan. Lalu tanpa
diminta, memori di kepalaku berputar cepat seperti film
yang sedang di-rewind . Tempat ini, selalu saja menjadi
tempat yang tak pernah bisa aku lupakan. Sekeras apapun
aku berusaha untuk menjadikan tempat ini sebagai bagian
dari masa lalu, namun pada akhirnya usahaku itu hanya
akan membawaku kembali ke tempat ini, mencoba untuk
memunguti kepingan-kepingan kenangan yang mungkin
masih bisa aku kenang. Terkadang hanya dengan mengenang,
aku bisa kembali menghadapi dunia lagi, memberi sedikit
kekuatan meski untuk itu aku harus membuka-buka lagi
luka lama.

Tapi kali ini, keputusanku untuk kembali kesini nampaknya
adalah keputusan yang salah. Karena sejak 3 jam lalu aku
duduk disini, hatiku tak kunjung membaik. Luka lama yang
biasanya cepat menutup kembali, kali ini malah menganga
makin lebar. Seharusnya aku tidak kesini hari ini, terutama
setelah adanya kejadian seminggu lalu itu. Tapi lagi-lagi
aku tak bisa menahan langkahku untuk tidak kembali kesini.
Tetes terakhir cappucino di gelasku sudah mengering. Aku
menatap jendela, rasanya ingin menangis. Tapi mungkin air
mataku sudah mengering seperti kopi dalam cangkirku itu,
karena sejak tadi mataku tak kunjung mengucurkan air
mata padahal hatiku ngilu sekali dan sepertinya hanya bisa
sembuh bila aku mengalirkannya lewat air mata.

“Maaf mas, bisa minta cappucinonya lagi?” tanyaku pelan
saat seorang waitress melintasi mejaku.
Waitress itu menatapku agak heran. “Maaf mbak, tapi
mbak sudah menghabiskan 4 cangkir cappucino sejak tadi,”
ujarnya.
Aku mengangkat alis. “Lalu?”
“Maaf mbak, saya tidak bermaksud lancang, tapi saya
perhatikan mbak belum makan apa-apa sejak tadi. Jadi
saya sarankan mbak jangan minum kopi lagi. Saya khawatir
lambung mbak akan terganggu,”
Aku menghela nafas. Aku ingin mendebat waitress itu tapi
aku tak punya cukup tenaga. “Kalau begitu saya pesan air
putih saja,”
“Baik, mbak. Bagaimana kalau saya bawakan juga cake atau
puding?”
“Nggak usah mas, makasih.”
“Baik mbak akan segera saya bawakan air putih.” Waitress
itu menganggukkan kepalanya lalu kembali meninggalkanku
sendirian.

Hujan di luar masih belum berhenti juga, malah semakin
deras. Angin dingin menyergap masuk melalui kisi-kisi
jendela di sampingku. Biasanya di saat-saat seperti ini ada
tangan-tangan hangat menggosok punggung tanganku, atau
mendekapku mendekat untuk mengalirkan kehangatan. Ahh,
seperti biasa aku selalu tak bisa mencegah memori-memori
itu merasuki kepalaku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku,
mencoba menepisnya. Namun semakin aku mencoba,
semakin bayangan-bayangan itu memenuhi kepalaku.
Aku tak akan pernah bisa melupakan suaranya. Bahkan
setelah setahun kepergiannya, aku masih bisa mengingat
jelas caranya memanggil namaku, atau saat mengucapkan
kata-kata yang bisa membuat hatiku melambung. Aku sudah
hampir bisa melupakannya, ingin memulai hidup yang baru
karena akhirnya aku sadar bahwa aku telah menyia-
nyiakan setahun hidupku hanya untuk meratapi
kepergiannya. Aku sudah benar-benar melupakannya
seminggu yang lalu, sebelum akhirnya panggilan itu datang.
Sebuah telepon dari nomor tak dikenal masuk ke
handphone ku. Aku mengangkatnya, dan ketika mendengar
suara sapaan dari seberang, aku tahu bahwa ternyata aku
belum benar-benar bisa melupakannya.

“Apa kabar?”
Aku menahan nafas ketika mendengar suaranya. “Abi?”
“Iya Nanda. Ini aku, Abi.”
Mataku memanas. Bahkan setalah 1 tahun, suaranya sama
sekali tidak berubah. Suara yang teramat sangat aku
rindukan.
“Aku harus bicara sama kamu, Nan. Kita harus ketemu.
Kamu mau kan?”
Aku terdiam. Lalu tanpa pikir panjang aku langsung
menutup telepon, kemudian memandangi handphone ku
dengan mata berair dan tangan gemetar. Lalu selama hari-
hari berikutnya aku selalu mengabaikan semua panggilan
darinya, menghapus semua sms masuk darinya tanpa
membacanya, dan akhirnya mulai berani membuang satu
persatu benda kenangan darinya agar tak lagi bisa
mengingat dirinya. Karena seharusnya ia tidak datang lagi.
Seharusnya ia sudah hilang ditelan waktu. Kenapa kali ini
dia harus kembali lagi? Padahal aku sudah berhasil menutup
rapat-rapat luka lamaku. Kenapa dia harus kembali lagi di
saat aku sudah bisa mengenyahkan semua bayang-
bayangnya?

Aku menarik nafas panjang. Mencoba menghilangkan sesak
yang kembali menghimpit dada.
“Permisi, mbak. Ini air putihnya.”
Suara seorang waitress mengembalikanku lagi dari lamunan.
“Oh iya mas, makasih.” ujarku tanpa menoleh.
“Ternyata masih belum berubah, ya. Tempat duduk yang
sama, jendela yang sama, cappucino yang sama..”

Aku mengangkat kepalaku dengan cepat. Lalu menemukannya
di sana, dengan senyum yang sama sama sekali belum
berubah, masih sehangat dulu.
“Apa kabar, Nan?”
Sesaat tadi aku tidak menyadari suaranya, tapi ketika
suaranya kembali menggaungi telingaku, aku sadar bahwa
ini bukan mimpi.
Ia duduk di hadapanku setelah meletakkan air putih di
meja, kemudian menatapku.
“Seharusnya aku tau kemana harus nyari kamu, Nan. Aku
sama sekali gak berpikir kalo kamu bakal kembali ke
tempat ini. Aku pikir kamu pasti gak akan kembali kesini
karena dulu kamu pernah bilang kalau kamu ingin melupakan
segala sesuatu tentang aku. Tapi ternyata aku salah.
Karena ternyata semuanya masih belum berubah. Tempat
ini masih menjadi tempat dimana aku bisa menemukan
kamu.” Senyumnya mengembang. Lalu matanya berkeliling
memandang setiap sudut kafe itu dengan pandangan penuh
kenangan.

Aku menutup mata, merasakan ngilu merayapi sudut-sudut
hatiku. Aku memang tak seharusnya ada disini. Aku harus
pergi, karena kalau tidak, aku mungkin tidak akan pernah
bisa melepaskannya lagi.
Aku membereskan barang-barangku secepat mungkin,
memasukkannya asal saja ke dalam tasku, lalu bangkit
berdiri.

“Nanda!” Abi menahan tanganku. “Tolong jangan
ngehindarin aku terus. Aku harus bicara sama kamu, Nan.”
Aku menepis tangannya. “Aku nggak tau apa yang ngebawa
kamu kesini lagi. Tapi yang jelas aku udah gak punya urusan
lagi sama kamu. Jadi maaf, aku harus pergi.”
“Nanda, tunggu!”
Aku bergegas menuju kasir untuk membayar semua
pesananku tanpa menghiraukan jumlahnya lalu setengah
berlari menuju pintu keluar.
Air mataku nyaris tumpah. Melihatnya lagi membuatku
semakin goyah.

Saat aku mencoba berlari menerobos hujan, Abi berhasil
menangkap tanganku. Ia menarikku menghadapnya.
“Nanda,” Abi menghela nafasnya yang agak tersengal.
“Lepasin tangan aku, Bi.”
Abi menguatkan pegangan tangannya di lenganku. “Kamu
gak tau kan gimana frustasinya aku seminggu ini? Tolong
dengerin aku kali ini aja, Nan. Tolong jangan ngehindar
lagi,”
“Lepas!” Aku memberontak.
Abi menarik tanganku yang satunya. “Nanda... aku kangen
sama kamu,”
Aku menatap matanya, lalu menemukan sesuatu yang dulu
selalu kutemukan setiap kali ia mengatakan bahwa ia
mencintaiku.

“Aku kangen kamu, Nan.”

Air mataku tiba-tiba menetes.
Aku juga kangen kamu, Bi.

Jumat, 17 Mei 2013

Right from the start you were a thief you stole my heart. And I your willing victim. I let you see the part of me that weren't all that pretty. And with every touch you fixed them. 
 
 

Make A Move?

This morning after blurted out everything on my mind to myself, suddenly I feel like crying.
Many thoughts in my mind now..
About how I keep regretting my decisions
About how I wish I could restart my life from the start
About how I should manage my future
About my last love which was hurting me so bad but I still couldn't just move on
About everything.

But life is too short to regret on.
God gives me life, gives me a lovely family, friends, love, gives me health, gives me perfect experiences. So there's no something I could regret at all.

So start from today, with Allah's bless, I wish everything will be more and more fine.

Dear Allah,
I lean my wishes to You, my prays to You..
If it's good for me, please bless me and show me the way.

Amin.

-Saturday dawn, May 18-

Selasa, 16 April 2013

Hati dan Akal Bicara Cinta

Hati dan Akal Bicara Cinta

Akal : Assalamualaikum, sahabat.

Hati : Waalaikumussalam...

Akal : Apa khabar iman anda?

Hati terdiam...

Akal bertanya sekali lagi.

Akal : Apa kabar iman anda?

Hati : Kurang sehat mungkin.

Akal : Mengapa?

Hati : Aku merindui dia segenap jiwaku...

Akal : Dia yang mana, sahabatku..?

Hati : Kedua dia. Dia yang hakiki, juga dia yang entah kemana akhirnya..

Akal : Tidak mengapa, Itukan fitrah manusia.

Hati : Tapi rinduku kepadanya kadangkala membuat jiwaku galau.

Fikiranku melayang terbang jauh ke angkasa. Kadangkala ketika beribadah juga aku teringat dia.

Akal : Cintamu padanya, juga cintamu pada-Nya, cinta padaNya kan yang lebih utama.

Hati : Tapi... Aku benar cinta dia.

Aku benar rindu dia.

Aku mencintainya karena Allah. Kami saling menasehati kepada kebaikan.

Aku mau mengejar surga bersamanya.

Akal : Apa makna cinta..?

Hati : Kasih dan sayang.

Akal : Bagiku cinta itu gila.

Hati : Mengapa..?

Akal : Apabila kita mencintai seseorang, kita asyik teringat dia.

Apa yang dikata jangan, sebaik mungkin kita elakkan. Apa yang diminta, boleh mungkin kita usaha.

Bila ada yang lain mendekati, bergolak rasa cemburu.

Apa kau rasa begitu..?

Hati : Ya. Begitu yang aku rasa.

Akal : Apa kau tahu apa itu ibadah..?

Hati : kata orang ibadah itu taat dan patuh.

Akal : Ibadah itu juga adalah cinta.

Hati : Bagaimana maksudnya..?

Akal : Ibadah itu cinta. Berkasih-kasihan dengan Tuhan.

Hati terdiam lagi...

Hati : Jadi... Apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan wahai akal?

Akal : Fikirkan, kalau kau benar mencintai dia karena Allah, apa kau ada mengadu kepadaNya..?

Hati : Aku puas sudah berdoa. Aku mendoakannya empat puluh kali setiap hari. Siang dan malam..!

Tegas hati..

Akal : Apa kau berdoa kepada-Nya hanya karena apabila kau terasa jauh dengannya..?

Apa kau hanya melipat gandakan ibadahmu ketika jiwamu rasa tak tenang..?

Hati diam dan tertunduk...

Akal : Bagaimana bisa kau katakan cintamu karena Allah. Sedangkan kau mengabaikan Dia ketika cintamu dengannya sedang indah bercahaya. Sabarlah wahai hati.

Doamu mungkin tidak terkabulkan sekelip mata. Barangkali Allah akan mengabulkannya di lain waktu. Barangkali Allah ada hadiah yang lebih berharga untukmu..!

Aliran sungai merah terasa semakin deras mengalir ke kepala...

Akal : Cinta kepada manusia yang gila seperti itu, hanya layak disandarkan kepada Allah. Allah menarik cintamu kerana Allah lebih mencintaimu.

Allah merindui doa dan tangisan hambanya. Allah mau kau kembali mengindahkan cintamu kepadaNya..!

Hati mulai menangis... Sepi... Kesal..


sumber: Islamic Motivation

Minggu, 14 April 2013

kamu jahat

Kamu jahat.
Kamu rusak semua mainan aku.

Kamu bahkan ninggalin aku di tengah-tengah permainan.

Kamu jahat.
Aku nggak mau main lagi sama kamu.

Aku mau bilang mama kalau kamu jahat.
Balikin semua mainan aku yang pernah kamu pinjem :(

Kamu jahat.
Aku nggak suka anak jahat.
:(

Sabtu, 13 April 2013

afraid

When I start a new relationship, I always feel afraid that it won't last forever.
That the one you love will leave you for unreasonable reasons.

It happened. It happens. And it will happen.

Selasa, 02 April 2013

From Bandung to London

How far is London from here?
It's 6 hours difference.

Start from June, everything will be different.

Indonesia to United Kingdom

Belajar dari Lulusan SD dan Penjual Nanas



Beberapa waktu yang lalu sepulang kuliah, temen saya, sebut saja namanya Rindu, cerita tentang temen sekelas kita. Temen-temen saya di pascasarjana itu memang datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang sudah jadi dosen di universitas, ada guru SMA, ada yang fresh graduate, ada yang berbisnis, ada yang sudah bekerja di perusahaan Jepang, dan ada juga yang pengangguran (seperti saya, hehehe). Beberapa di antara mereka juga sudah ada yang menikah dan akan segera menikah (yang single juga masih banyak kok. hahaha).

Nah jadi, temen saya itu cerita tentang dua orang temen sekelas kita yang cukup membuat saya tercenung, takjub, dan jadi berkaca pada diri sendiri. Cerita pertama datang dari seorang temen sekelas kita yang sudah menikah. Baru satu tahun setengah menikah, kalau tidak salah, tapi belum dikaruniai anak. Awalnya dia cerita basa-basi soal kehidupan dia, bagaimana dia dapat beasiswa untuk sekolah pascasarjana, dan lain-lain hingga pada cerita tentang suaminya. Setahu saya, suaminya itu adalah seorang pebisnis, aslinya orang Padang, jadi Teh Sinta (nama temen saya yang sedang saya ceritakan. Nama disamarkan) selalu memanggil suaminya dengan panggilan 'uda'. Cerita punya cerita, ternyata suaminya itu pendidikan terakhirnya hanya SD! Bahkan katanya SD pun nggak tamat. 

Saya kaget bukan main. Teh Sinta di kelas itu saya kenal sebagai orang yang pintar, cerdas, dan juga sangat cakap dalam menjelaskan sesuatu, tentang pelajaran, misalnya. Bagaimana tidak, dia adalah seorang dosen sekaligus guru SMA di Bekasi. Sebelumnya dia juga sudah sering ngajar dari satu tempat les ke tempat les lain. Jam terbang ngajarnya bisa dibilang sudah cukup tinggi. Sehingga tidak heran beliau dapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di pascasarjana. Tapi ternyata suaminya hanya seseorang yang tingkat pendidikannya jauh lebih rendah daripada dia.

Sewaktu sebelum menikah, dia sempat mendapat banyak tentangan keras dari kedua orang tuanya, mengingat status sosial mereka yang cukup jauh. Padahal sebelumnya Teh Sinta ini sudah akan menikah dengan seorang sarjana lulusan universitas di Australia. Tapi mungkin karena memang bukan jodohnya, mereka tidak diperkenankan menikah dan akhirnya Teh Sinta malah menikah dengan seseorang yang sekarang selalu dipanggilnya 'uda'. Orang tua uda sudah meninggal dua-duanya sejak dia umur 11 tahun dan dia tidak punya sanak saudara lain. Itu sebabnya beliau harus berjuang sendirian sejak usia 11 tahun untuk dapat bertahan hidup. Beliau merantau dan mencari pekerjaan untuk biaya hidup. Hingga beliau sampai di pulau Jawa. Sekarang usaha beliau adalah membuka toko kelontong di depan rumahnya di Bekasi untuk menafkahi dirinya dan istrinya.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana beratnya beban mental yang harus ditanggung oleh keduanya. Gunjingan dari tetangga atau orang-orang terdekat pasti selalu ada. Tapi mereka berdua tidak pernah merasa terbebani, malah tampak selalu ceria dan romantis. Banyak kekaguman yang ingin saya sampaikan pada mereka berdua. Di zaman sekarang yang kebanyakan masyarakat menilai pangkat, jabatan, pendidikan, dan status sosial sebagai sebuah patokan sebuah keberhasilan atau kesuksesan, mereka berdua membuktikan bahwa sebenarnya hal seperti itu sama sekali tidak penting. Mereka berdua tetap bisa hidup berdampingan dan bahagia meskipun dengan status sosial yang berbeda. Bahkan katanya, Teh Sinta sering mengajarkan hal-hal sederhana tentang cara operasional TV misalnya, apa itu kuliah, kepada suaminya dengan begitu sabar. Saya melihatnya sebagai hal yang lucu dan romantis.

Lalu teman saya menceritakan kisah yang kedua. Cerita ini datang dari teman sekelas kita yang baru, namanya Judika. Kesan pertama saya terhadap laki-laki ini sebenernya kurang begitu bagus. Kenapa? Karena kalau datang ke kelas dia selalu terlihat mengantuk dan dengan penampilan kusam, bahkan terkadang dia terang-terangan tidur di kelas. Tapi semakin hari saya semakin tahu kalau ternyata dia itu cerdas dan juga kritis. Meski terkesan seperti tidak memperhatikan isi kuliah, ternyata dia selalu menyimak apa yang disampaikan oleh dosen di kelas. Dia juga supel dan senang bercanda kalau kita mau mengenalnya lebih dekat.

Awalnya Judika ngobrol sama Rindu soal kapan Rindu datang ke Bandung setiap minggunya. Rindu bilang dia selalu datang setiap Rabu malam sekitar jam 8 (jadwal kuliah di pascasarjana hanya dari hari Kamis-Sabtu). Jadi setelah habis mengajar di Bekasi, Rindu langsung berangkat ke Bandung sore harinya. Rindu nanya balik kan sama Judika setiap kapan dia datang ke Bandung, dan Judika bilang dia selalu datang ke Bandung Rabu tengah malam, atau kadang sudah masuk Kamis dini hari, karena dia harus kerja dulu. Setelah nanya-nanya lebih lanjut tentang pekerjaan Judika, ternyata Judika itu punya usaha sendiri. Usaha apa? Jualan nanas di pasar induk.

Saya kaget. Jualan nanas? Iya, nanas. Dia bilang orangtuanya sudah tua dan tidak bekerja, jadi dia yang bekerja mencari nafkah untuk keluarga dengan berjualan nanas di pasar induk. Makanya dia selalu datang tengah malam ke Bandung karna katanya nunggu dagangan habis. Tapi kalau hari-hari biasa seperti sekarang, penjualan nanas memang nggak terlalu bagus. Paling banyak ya cuma dapat 500 ribu - 1 juta, itu pun harus dipakai untuk modal lagi dan biaya sewa jongko di pasar. Kalau menjelang lebaran, nah baru penjualan nanas meningkat, bahkan omzetnya bisa sampai 50 juta, begitu ceritanya.

Jadi ternyata itu alasannya kenapa dia selalu terlihat mengantuk di kelas, terlihat malas-malasan, bahkan penampilannya terkesan kusam. Karena dia ternyata habis menjaga jongko nanas di pasar.

Subhanallah..
Cuma itu satu-satunya kata yang keluar dari mulut saya waktu mendengar cerita itu. Di zaman sekarang ini, dimana kebanyakan orang mendambakan pekerjaan yang ideal, kerja kantoran dengan gaji tinggi, dia bisa merasa cukup hanya dengan berjualan nanas. Dan yang membuat saya lebih kagum lagi, dia membiayai sendiri biaya kuliah pascasarjana. Meski dengan segala keterbatasan, dia tetap punya semangat untuk melanjutkan kuliah hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Teman saya itu membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk memperoleh pendidikan, tidak ada hambatan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi, asal kita mau berusaha.


Saya, yang biaya hidup dan biaya kuliah masih dibiayai oleh orang tua jadi merasa malu sendiri. Ternyata di dekat saya, banyak orang-orang hebat seperti mereka. Memang dalam hidup itu kita jangan selalu melihat ke atas. Capek.
Banyak orang-orang hebat kalau kita mau menundukkan kepala dan mendengar cerita mereka.
Di luar sana, di kelas-kelas lain di gedung pascasarjana ini, saya yakin masih banyak orang hebat selain dari kedua orang teman saya di kelas ini.

Terima kasih untuk pelajaran hidup hari ini.

-2 April 2013-

Selasa, 19 Maret 2013

mimpi

mungkin tadi malam aku tidur terlalu lelap
hingga jatuh pada mimpi yang terlalu dalam

aku melihat seorang pangeran di atas kuda putihnya
mengulurkan tangannya padaku
menyunggingkan senyum yang tak mampu dikalahkan matahari

dia beri aku kotak-kotak coklat
juga kotak musik dengan balerina menari cantik di dalamnya

dia bawa aku bermain ke istana emasnya
dia bilang istananya jadi lebih cantik karena aku masuk kesana
dia bilang kalau dia mau aku disini, sampai rambut kita berubah jadi abu-abu

lalu,
aku tidak tahu ini ulah siapa
mungkin saja ulah nenek sihir yang ingin mengujicoba mantra sihir barunya
atau ulah kakak-beradik saudara Cinderella yang iri karena aku mendapat si tampan
karena tiba-tiba saja, aku terjatuh dari kursi yang disediakan pangeran

saat aku membuka mata, kupikir ini mimpi
karena aku tidak lagi melihat atap-atap tinggi dengan hiasan lampu gantung mewah
pilar-pilar kokoh yang tak bisa kuhitung jumlahnya
kursi-kursi singgasana juga karpet-karpet tebal yang empuk
aku juga tidak dapat menemukan pangeran dimanapun

yang justru kulihat adalah atap kotor yang hampir lapuk karena sering terkena rembesan air hujan
dinding kusam yang sebagian penuh oleh coretan dan tempelan poster
dan karpet jelek yang sama sekali tidak dapat menahan gigitan dingin di malam hari

dan aku sendirian

kotak-kotak coklat
kotak musik dengan balerina cantik
juga ikut hilang

saat merasa sebutir cairan hangat meleleh di pipiku
aku baru sadar

mungkin
tadi malam sebelum aku tidur
aku terlalu banyak berharap pada mimpi

atau mungkin lupa berdoa
agar aku tidak ditelan mimpi


-tengahmalamsaattakbisatidur20032013jam01:44-

Selasa, 05 Maret 2013

another monthsary!

So, yesterday was our 3rd month!
March 5, 2013
Happy monthsary baby~
I love you!

Anyway, this is the letter for you.
page 1

page 2

page 3

And..
I got this cute cookie as a gift. He said it supposed to be "I love you" cookies, but then his little sister ate them all so it's only the heart-shaped cookie left. Hahahah xD
But it's sooooooooooooo cute. I couldn't even imagine how did he bake the cookies.
But anyway, thank you babe :3


love cookie <3
But then I got another surprise last night, this cute love letter!



All thank you for you!!
I got to go now babe, my prof's waiting~

Good luck for your exams today, soon to be a doctor! *chuckles*
And get me 26 of A's! :3


March 6, 3013
-peach xoxo-

Jumat, 15 Februari 2013

another piece

Got this as my valentine's present. And I couldn't help but melt.

Love you, babe.

The Man Who Can't Be Moved (piano cover)

Selasa, 12 Februari 2013

SD DI INGGRIS VS SD DI INDONESIA

Intan Eka Wulandari
Mahasiswa Pascasarjana UPI, Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Membaca artikel yang ditulis oleh A Chaedar Alwasilah, seorang Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tentang SD di Inggris, membuka pikiran saya tentang bagaimana jauh berbedanya kondisi SD di Inggris dan SD di Indonesia. Dalam artikel yang dimuat dalam harian Pikiran Rakyat pada hari Selasa 16 Oktober 2012 tersebut beliau mengungkapkan bahwa sistem pengajaran yang dilakukan di tingkat sekolah dasar di Inggris sangat jauh berbeda dengan sistem pengajaran di Indonesia.

Murid sekolah dasar di Inggris tidak menggunakan buku teks dalam pembelajaran. Mereka hanya diberikan PR dalam 2-3 halaman untuk dikerjakan dengan bantuan orangtua. Tidak pernah ada PR yang dikerjakan di buku teks. Mereka mencari wawasan dan informasi sebebas-bebasnya sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing melalui pusparagam buku yang disediakan di perpustakaan sekolah berupa buku sastra anak, biografi para tokoh dunia, cerita petualangan, kamus bergambar, ensiklopedia, dan sebagainya. Murid ditugasi membaca sebanyak mungkin sesuai dengan minatnya kemudian melaporkannya dalam bentuk tulisan, atau melaporkannya secara lisan di dalam kelas. Di dinding dan meja murid di setiap kelas terpajang buku-buku bacaan, portofolio, hasil penelitian murid yang dipamerkan sebagai bukti kerja mereka.

Untuk melatih motorik, harmoni, gerak, dan kreativitas nada, terdapat mata pelajaran menari dan musik yang diselenggarakan lintas kelas pada jam tertentu di aula besar yang dapat menampung 200-500 orang. Mata pelajaran yang termasuk dalam foundation curiculum ini dibimbing oleh seorang guru tari profesional.

Melihat fakta-fakta di atas, secara otomatis saya langsung membandingkan dengan kondisi sekolah dasar di Indonesia. Seorang guru SD di Indonesia rata-rata menjadi guru untuk seluruh mata pelajaran yang diajarkan di SD, sehingga tidak terfokus pada satu mata pelajaran saja. Selain itu, banyaknya jumlah murid di dalam kelas, yang bahkan mencapai 50 orang lebih di dalam satu kelas, menyebabkan guru terkadang tidak efektif dalam menyampaikan pelajaran. Kondisi ini juga menyebabkan guru tidak dapat mengontrol seluruh siswanya dengan maksimal, sehingga tidak jarang murid-murid gaduh, bahkan berkelahi di dalam kelas. Selain itu pula, kondisi kelas-kelas SD di Indonesia tidak layak. Dinding kelas yang retak-retak, atap bocor, tidak memiliki pintu ataupun jendela, bahkan terdapat kelas yang hanya berdinding bilik atau kayu dan beratap seng.

Melihat kondisi kelas di Indonesia yang seperti itu, rasanya begitu jauh bila dibandingkan dengan SD di Inggris. Dengan fasilitas pendidikan yang masih serba terbatas di sekolah-sekolah di Indonesia, rasanya sulit untuk menyamai kualitas SD-SD di Inggris. Saat ini memang sudah banyak sekolah-sekolah di kota besar yang sudah dilengkapi dengan fasilitas lengkap. Para siswa dapat mengakses informasi seluas-luasnya melalui fasilitas yang disediakan. Namun kenyataannya, di pelosok-pelosok negeri, masih banyak sekolah yang kondisinya tidak layak. Padahal banyak anak-anak Indonesia di pelosok yang masih haus pendidikan tetapi tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak karena kurangnya fasilitas.

Saya teringat sebuah percakapan singkat dengan seorang kerabat yang tinggal di daerah pedesaan beberapa bulan yang lalu. Saya menceritakan tentang bagaimana hebat dan majunya sekolah di kota, yang lengkap dengan fasilitas komputer dan internet, pengajaran dengan menggunakan bahasa Inggris, dan berbagai keunggulan lainnya. Beliau hanya mendengarkan saya dengan takjub, lalu sebaris komentar singkatnya membuat saya tertegun, “Ah, sekolah seperti itu kan hanya untuk orang kaya saja. Bagi kami yang tinggal di kampung, bisa sekolah saja sudah untung,” komentarnya dalam bahasa Sunda, sambil tersenyum-senyum. Saya jadi tidak bisa berkata-kata lagi, miris. Saya berpikir bahwa ternyata pendidikan di negara ini masih dianggap sebagai sesuatu yang mahal, padahal semua orang berhak mendapatkan pendidikan.

Buku Indonesia Mengajar

Baru-baru ini saya membaca sebuah buku yang berjudul “Indonesia Mengajar” yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Buku  tersebut memuat kisah para pengajar muda yang mengajar di pelosok-pelosok negeri hingga ke pedalaman. Buku ini membuka pikiran saya bahwa ternyata memang masih banyak sekali anak-anak Indonesia yang haus akan pendidikan. Dengan segala keterbatasan mereka, dengan minimnya fasilitas belajar yang mereka miliki, mereka begitu bersemangat dalam mencari ilmu. Bahkan mungkin, semangat belajar mereka lebih besar daripada anak-anak yang tinggal di kota-kota besar dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas.

Lewat cerita-cerita para pengajar muda itu tentang anak-anak negeri yang semangat belajar dengan segala kekurangan mereka, saya sekarang meyakini satu hal, bahwa pendidikan di Indonesia dapat lebih maju, semaju pendidikan di Inggris, bahkan mungkin lebih maju. Tinggal kita mulai dari diri kita sendiri, meyakini bahwa kita dapat memajukan pendidikan di Indonesia lewat semangat anak-anak bangsa yang ingin belajar. Termasuk saya, memulai dari diri saya sendiri.


12 Februari 2012
@ Gd. Pascasarjana UPI

Senin, 04 Februari 2013

My first stop motion video

I just want to share this.
This is my first stop motion video which I dedicated for someone special who lives far far faaar away from me. But he always make me smile, laugh, and happy.

Happy 2 monthsary, babe.

I love you so much.



"stars shine brightly in up in the night sky, but you, you shine bright in my heart."

"Heaven's wherever you are."

"I love you too, princess. Your handsome knight in shining armor loves you so much."

"and everyday is just that much sweeter because i know i'll get to see you and your beautiful smile."

Saat kamu meleleh

Katanya bulan februari itu bulan cinta.
Katanya.

Berhubung saya sedang jatuh cinta,
jadi saya setuju untuk kali ini.

Dan yang ini indah.

Siapa yang tidak meleleh diberi potongan musik dari piano yang ia mainkan sendiri?
Diberi juga potongan musik dari biola.

Sampai-sampai saya tidak bisa menahan lelehan air mata.
Terharu.

Karena terlalu indah.

Home by Michael Buble (piano cover)
Home

Just The Way You Are by Bruno Mars (violin cover)
Just The Way You Are


Cover by him
<3

Minggu, 03 Februari 2013

Si Pulau Para Dewa



Bali!

Iya, Bali.

Jadi akhirnya, sekitar dua minggu yang lalu (16-19 Januari 2013), saya akhirnya berhasil juga menapakkan kaki saya di tanah dewata. Untuk tujuan penelitian kuliah (tadinya) hehehe.
Sejak bulan September 2013 dan setelah keluar dari pekerjaan saya, saya terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Jepang.

Ceritanya, dalam mata kuliah Pemerolehan Bahasa Kedua atau dikenal juga dengan istilah Second Language Acquisition, kita ditugaskan untuk mewawancarai orang-orang yang di dalam kehidupan sehari-harinya sering menggunakan bahasa kedua untuk berkomunikasi. Terpilihlah Bali, karena pada saat itu, daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah pernah diperoleh datanya oleh kakak-kakak kelas kami sebelumnya. Jadi singkat cerita, berangkatlah kita ke Bali.

Tapi ujungnya sih, disana juga bukan penelitian. Banyaknya main, hihihi. Disana kita mewawancarai masyarakat setempat yang sebagian besar mata pencahariannya adalah di bidang pariwisata. Jadi pada umumnya mereka dapat menguasai bahasa asing untuk dapat berkomunikasi dengan turis yang berkunjung ke Bali.
Mereka cuma bisa greetings, atau kosakata yang mudah saja dalam bahasa Inggris. Rata-rata tidak tahu menahu tentang grammar atau tata bahasa.

Jadi ya intinya, di Bali kita liburan! :D

Kalau bukan karna tujuan kuliah juga, kapan lagi saya bisa ke Bali? Jadi ya intinya senang-senang~
hehehehe.

Trip di Bali kemarin memang melelahkan, tapi juga menyenangkan. Kita mengunjungi hampir semua objek wisata Bali mulai dari daerah selatan sampe utara Bali.
Memang gak semua sih.
Jadi kita satu kelas kemarin nyewa bus yang cukup untuk sekitar 35 orang seharga 6 juta rupiah untuk 4 hari dan siap mengantar kita kemana-mana.

Hari pertama kita sampai di Bali, kita langsung menuju daerah Ubud dan berkeliling di daerah sana sebentar, lalu melanjutkan perjalanan hingga Padang Bai. Disana kita menginap di sebuah homestay bernama Parta Inn, sebuah tempat dekat pelabuhan tempat menyebrang menuju Lombok.

Pagi-paginya kita packing lagi, dan berangkat menuju sebuah desa kuno di Bali bernama Desa Tenganan. Kalau di Banten, daerah itu mungkin tempat suku Badui tinggal, jadi masih betul-betul kuat adat istiadatnya.

Desa Tenganan
Dari desa itu, kita menuju tempat yang bernama Taman Ujung. Konon katanya, taman itu tamannya raja Bali jaman dulu. Kalau di Jogja ada yang namanya Taman Sari, nah ini juga taman yang mirip seperti itu tapi lebih luuuuuuuuuuuuuas. Sayangnya waktu ke taman itu saya gak bawa kamera, jadi saya tidak sempat foto-foto.
Dari Taman Ujung, kita menuju Singaraja, dan sempat mampir di Kintamani, melihat gunung Batur.


Gunung Batur


Melanjutkan perjalanan lagi menuju Singaraja, makan malam di pantai Lovina dan menginap di salah satu motel di daerah Singaraja.

Pantai Lovina, Singaraja, Bali

Hari ketiga, pagi-pagi kita packing lagi dan kali ini menuju ke danau Beratan di daerah Bedugul yang terkenal dengan Pura Beratan-nya. Kalau punya uang rupiah 50 ribuan, bisa dilihat, pura yang kami kunjungi ini adalah pura yang ada di uang 50 ribu itu. :D

Nih kalo yang mau liat gambarnya:


Dan ini foto kita disana:


Sama kan backgroundnya?
:D

Dari sana, kita menuju ke Sanur dan berenang seharian sampe kulit item.
Lalu kami lanjutkan perjalanan menuju Tanah Lot untuk menginap di sekitar sana juga.


yang ini saya nyolong fotonya temen saya, gak papa lah yaaa :p
Lalu terakhir, Tanah Lot!
Hari itu kita harus pulang, jadi pagi-pagi banget sekitar jam 6 kita sudah packing dan siap-siap untuk melihat Tanah Lot. Jadi foto saya di bawah ini diambilnya subuh-subuh.
Pengennya lihat sunrise disana tapi ternyata kalau jam 5 ke kawasan pantai Tanah Lot masih dilarang karena katanya berbahaya.


narsis di Tanah Lot
Setelah itu, selesailah liburan saya.
Gak lama, tapi menyenangkan.

Moga bisa ke Bali lagi, amin!
Karena memang Bali itu luar biasa indahnya. saya aja terpesona. fiuhhhh.
Bali Bali Bali.....!!


Jumat, 01 Februari 2013

hitung mundur

Postingan terakhir, Mei 2012.
Gak kerasa, ternyata ini udah Februari 2013.
Berarti udah 8 bulan saya gak ngepost apa-apa di blog usang ini.
Waktu jalannya cepet banget. Seperti sekedipan mata.

Blog ini harus dibersihin kayaknya. Berdebu dan mulai banyak sawang, hehehe.

Hidupin lagi blog ah..
Usahakan menulis, paling tidak seminggu sekali.

Resolusi tahun ini ya, hm.. oke.

Saya akan mengawali postingan saya di tahun 2013 ini dengan sebuah foto.
Barusan aja abis browsing, terus nemu foto ini:


Kalau sekarang tahun 2013, dan mereke berdua masih hidup, berarti mereka sudah hidup bersama selama kurang lebih 52 tahun. Wow.

Jadi teringat sebuah quote, "I want love that will last."

Ya seperti mereka ini contohnya. :)
Amin.

NB:
ternyata menulis itu memang nikmat.
dan saya merindukannya.