Jumat, 15 Februari 2013

another piece

Got this as my valentine's present. And I couldn't help but melt.

Love you, babe.

The Man Who Can't Be Moved (piano cover)

Selasa, 12 Februari 2013

SD DI INGGRIS VS SD DI INDONESIA

Intan Eka Wulandari
Mahasiswa Pascasarjana UPI, Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Membaca artikel yang ditulis oleh A Chaedar Alwasilah, seorang Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tentang SD di Inggris, membuka pikiran saya tentang bagaimana jauh berbedanya kondisi SD di Inggris dan SD di Indonesia. Dalam artikel yang dimuat dalam harian Pikiran Rakyat pada hari Selasa 16 Oktober 2012 tersebut beliau mengungkapkan bahwa sistem pengajaran yang dilakukan di tingkat sekolah dasar di Inggris sangat jauh berbeda dengan sistem pengajaran di Indonesia.

Murid sekolah dasar di Inggris tidak menggunakan buku teks dalam pembelajaran. Mereka hanya diberikan PR dalam 2-3 halaman untuk dikerjakan dengan bantuan orangtua. Tidak pernah ada PR yang dikerjakan di buku teks. Mereka mencari wawasan dan informasi sebebas-bebasnya sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing melalui pusparagam buku yang disediakan di perpustakaan sekolah berupa buku sastra anak, biografi para tokoh dunia, cerita petualangan, kamus bergambar, ensiklopedia, dan sebagainya. Murid ditugasi membaca sebanyak mungkin sesuai dengan minatnya kemudian melaporkannya dalam bentuk tulisan, atau melaporkannya secara lisan di dalam kelas. Di dinding dan meja murid di setiap kelas terpajang buku-buku bacaan, portofolio, hasil penelitian murid yang dipamerkan sebagai bukti kerja mereka.

Untuk melatih motorik, harmoni, gerak, dan kreativitas nada, terdapat mata pelajaran menari dan musik yang diselenggarakan lintas kelas pada jam tertentu di aula besar yang dapat menampung 200-500 orang. Mata pelajaran yang termasuk dalam foundation curiculum ini dibimbing oleh seorang guru tari profesional.

Melihat fakta-fakta di atas, secara otomatis saya langsung membandingkan dengan kondisi sekolah dasar di Indonesia. Seorang guru SD di Indonesia rata-rata menjadi guru untuk seluruh mata pelajaran yang diajarkan di SD, sehingga tidak terfokus pada satu mata pelajaran saja. Selain itu, banyaknya jumlah murid di dalam kelas, yang bahkan mencapai 50 orang lebih di dalam satu kelas, menyebabkan guru terkadang tidak efektif dalam menyampaikan pelajaran. Kondisi ini juga menyebabkan guru tidak dapat mengontrol seluruh siswanya dengan maksimal, sehingga tidak jarang murid-murid gaduh, bahkan berkelahi di dalam kelas. Selain itu pula, kondisi kelas-kelas SD di Indonesia tidak layak. Dinding kelas yang retak-retak, atap bocor, tidak memiliki pintu ataupun jendela, bahkan terdapat kelas yang hanya berdinding bilik atau kayu dan beratap seng.

Melihat kondisi kelas di Indonesia yang seperti itu, rasanya begitu jauh bila dibandingkan dengan SD di Inggris. Dengan fasilitas pendidikan yang masih serba terbatas di sekolah-sekolah di Indonesia, rasanya sulit untuk menyamai kualitas SD-SD di Inggris. Saat ini memang sudah banyak sekolah-sekolah di kota besar yang sudah dilengkapi dengan fasilitas lengkap. Para siswa dapat mengakses informasi seluas-luasnya melalui fasilitas yang disediakan. Namun kenyataannya, di pelosok-pelosok negeri, masih banyak sekolah yang kondisinya tidak layak. Padahal banyak anak-anak Indonesia di pelosok yang masih haus pendidikan tetapi tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak karena kurangnya fasilitas.

Saya teringat sebuah percakapan singkat dengan seorang kerabat yang tinggal di daerah pedesaan beberapa bulan yang lalu. Saya menceritakan tentang bagaimana hebat dan majunya sekolah di kota, yang lengkap dengan fasilitas komputer dan internet, pengajaran dengan menggunakan bahasa Inggris, dan berbagai keunggulan lainnya. Beliau hanya mendengarkan saya dengan takjub, lalu sebaris komentar singkatnya membuat saya tertegun, “Ah, sekolah seperti itu kan hanya untuk orang kaya saja. Bagi kami yang tinggal di kampung, bisa sekolah saja sudah untung,” komentarnya dalam bahasa Sunda, sambil tersenyum-senyum. Saya jadi tidak bisa berkata-kata lagi, miris. Saya berpikir bahwa ternyata pendidikan di negara ini masih dianggap sebagai sesuatu yang mahal, padahal semua orang berhak mendapatkan pendidikan.

Buku Indonesia Mengajar

Baru-baru ini saya membaca sebuah buku yang berjudul “Indonesia Mengajar” yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Buku  tersebut memuat kisah para pengajar muda yang mengajar di pelosok-pelosok negeri hingga ke pedalaman. Buku ini membuka pikiran saya bahwa ternyata memang masih banyak sekali anak-anak Indonesia yang haus akan pendidikan. Dengan segala keterbatasan mereka, dengan minimnya fasilitas belajar yang mereka miliki, mereka begitu bersemangat dalam mencari ilmu. Bahkan mungkin, semangat belajar mereka lebih besar daripada anak-anak yang tinggal di kota-kota besar dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas.

Lewat cerita-cerita para pengajar muda itu tentang anak-anak negeri yang semangat belajar dengan segala kekurangan mereka, saya sekarang meyakini satu hal, bahwa pendidikan di Indonesia dapat lebih maju, semaju pendidikan di Inggris, bahkan mungkin lebih maju. Tinggal kita mulai dari diri kita sendiri, meyakini bahwa kita dapat memajukan pendidikan di Indonesia lewat semangat anak-anak bangsa yang ingin belajar. Termasuk saya, memulai dari diri saya sendiri.


12 Februari 2012
@ Gd. Pascasarjana UPI

Senin, 04 Februari 2013

My first stop motion video

I just want to share this.
This is my first stop motion video which I dedicated for someone special who lives far far faaar away from me. But he always make me smile, laugh, and happy.

Happy 2 monthsary, babe.

I love you so much.



"stars shine brightly in up in the night sky, but you, you shine bright in my heart."

"Heaven's wherever you are."

"I love you too, princess. Your handsome knight in shining armor loves you so much."

"and everyday is just that much sweeter because i know i'll get to see you and your beautiful smile."

Saat kamu meleleh

Katanya bulan februari itu bulan cinta.
Katanya.

Berhubung saya sedang jatuh cinta,
jadi saya setuju untuk kali ini.

Dan yang ini indah.

Siapa yang tidak meleleh diberi potongan musik dari piano yang ia mainkan sendiri?
Diberi juga potongan musik dari biola.

Sampai-sampai saya tidak bisa menahan lelehan air mata.
Terharu.

Karena terlalu indah.

Home by Michael Buble (piano cover)
Home

Just The Way You Are by Bruno Mars (violin cover)
Just The Way You Are


Cover by him
<3

Minggu, 03 Februari 2013

Si Pulau Para Dewa



Bali!

Iya, Bali.

Jadi akhirnya, sekitar dua minggu yang lalu (16-19 Januari 2013), saya akhirnya berhasil juga menapakkan kaki saya di tanah dewata. Untuk tujuan penelitian kuliah (tadinya) hehehe.
Sejak bulan September 2013 dan setelah keluar dari pekerjaan saya, saya terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Jepang.

Ceritanya, dalam mata kuliah Pemerolehan Bahasa Kedua atau dikenal juga dengan istilah Second Language Acquisition, kita ditugaskan untuk mewawancarai orang-orang yang di dalam kehidupan sehari-harinya sering menggunakan bahasa kedua untuk berkomunikasi. Terpilihlah Bali, karena pada saat itu, daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah pernah diperoleh datanya oleh kakak-kakak kelas kami sebelumnya. Jadi singkat cerita, berangkatlah kita ke Bali.

Tapi ujungnya sih, disana juga bukan penelitian. Banyaknya main, hihihi. Disana kita mewawancarai masyarakat setempat yang sebagian besar mata pencahariannya adalah di bidang pariwisata. Jadi pada umumnya mereka dapat menguasai bahasa asing untuk dapat berkomunikasi dengan turis yang berkunjung ke Bali.
Mereka cuma bisa greetings, atau kosakata yang mudah saja dalam bahasa Inggris. Rata-rata tidak tahu menahu tentang grammar atau tata bahasa.

Jadi ya intinya, di Bali kita liburan! :D

Kalau bukan karna tujuan kuliah juga, kapan lagi saya bisa ke Bali? Jadi ya intinya senang-senang~
hehehehe.

Trip di Bali kemarin memang melelahkan, tapi juga menyenangkan. Kita mengunjungi hampir semua objek wisata Bali mulai dari daerah selatan sampe utara Bali.
Memang gak semua sih.
Jadi kita satu kelas kemarin nyewa bus yang cukup untuk sekitar 35 orang seharga 6 juta rupiah untuk 4 hari dan siap mengantar kita kemana-mana.

Hari pertama kita sampai di Bali, kita langsung menuju daerah Ubud dan berkeliling di daerah sana sebentar, lalu melanjutkan perjalanan hingga Padang Bai. Disana kita menginap di sebuah homestay bernama Parta Inn, sebuah tempat dekat pelabuhan tempat menyebrang menuju Lombok.

Pagi-paginya kita packing lagi, dan berangkat menuju sebuah desa kuno di Bali bernama Desa Tenganan. Kalau di Banten, daerah itu mungkin tempat suku Badui tinggal, jadi masih betul-betul kuat adat istiadatnya.

Desa Tenganan
Dari desa itu, kita menuju tempat yang bernama Taman Ujung. Konon katanya, taman itu tamannya raja Bali jaman dulu. Kalau di Jogja ada yang namanya Taman Sari, nah ini juga taman yang mirip seperti itu tapi lebih luuuuuuuuuuuuuas. Sayangnya waktu ke taman itu saya gak bawa kamera, jadi saya tidak sempat foto-foto.
Dari Taman Ujung, kita menuju Singaraja, dan sempat mampir di Kintamani, melihat gunung Batur.


Gunung Batur


Melanjutkan perjalanan lagi menuju Singaraja, makan malam di pantai Lovina dan menginap di salah satu motel di daerah Singaraja.

Pantai Lovina, Singaraja, Bali

Hari ketiga, pagi-pagi kita packing lagi dan kali ini menuju ke danau Beratan di daerah Bedugul yang terkenal dengan Pura Beratan-nya. Kalau punya uang rupiah 50 ribuan, bisa dilihat, pura yang kami kunjungi ini adalah pura yang ada di uang 50 ribu itu. :D

Nih kalo yang mau liat gambarnya:


Dan ini foto kita disana:


Sama kan backgroundnya?
:D

Dari sana, kita menuju ke Sanur dan berenang seharian sampe kulit item.
Lalu kami lanjutkan perjalanan menuju Tanah Lot untuk menginap di sekitar sana juga.


yang ini saya nyolong fotonya temen saya, gak papa lah yaaa :p
Lalu terakhir, Tanah Lot!
Hari itu kita harus pulang, jadi pagi-pagi banget sekitar jam 6 kita sudah packing dan siap-siap untuk melihat Tanah Lot. Jadi foto saya di bawah ini diambilnya subuh-subuh.
Pengennya lihat sunrise disana tapi ternyata kalau jam 5 ke kawasan pantai Tanah Lot masih dilarang karena katanya berbahaya.


narsis di Tanah Lot
Setelah itu, selesailah liburan saya.
Gak lama, tapi menyenangkan.

Moga bisa ke Bali lagi, amin!
Karena memang Bali itu luar biasa indahnya. saya aja terpesona. fiuhhhh.
Bali Bali Bali.....!!


Jumat, 01 Februari 2013

hitung mundur

Postingan terakhir, Mei 2012.
Gak kerasa, ternyata ini udah Februari 2013.
Berarti udah 8 bulan saya gak ngepost apa-apa di blog usang ini.
Waktu jalannya cepet banget. Seperti sekedipan mata.

Blog ini harus dibersihin kayaknya. Berdebu dan mulai banyak sawang, hehehe.

Hidupin lagi blog ah..
Usahakan menulis, paling tidak seminggu sekali.

Resolusi tahun ini ya, hm.. oke.

Saya akan mengawali postingan saya di tahun 2013 ini dengan sebuah foto.
Barusan aja abis browsing, terus nemu foto ini:


Kalau sekarang tahun 2013, dan mereke berdua masih hidup, berarti mereka sudah hidup bersama selama kurang lebih 52 tahun. Wow.

Jadi teringat sebuah quote, "I want love that will last."

Ya seperti mereka ini contohnya. :)
Amin.

NB:
ternyata menulis itu memang nikmat.
dan saya merindukannya.